Saya bukan penggemar Adjie Massaid. Akrab dengan namanya juga gara-gara cerita seru di infotainment menjelang perceraiannya dengan Reza Arthamervia. Kemudian dia menikah lagi dan punya anak dengan Angelina Sondakh baru tahu beberapa bulan lalu secara kebetulan di Detik.Com. Tapi pengetahuan yang sedikit ini tetap saja membawa kaget terhadap berita kematiannya di Twitter dan status Facebook teman-teman pagi ini. Begitu muda dengan penampilan fisik yang sehat dan tampan pula tiba-tiba saja di renggut dari kehidupan.
Kematian yang tiba-tiba seperti ini selalu menimbulkan tanya dan menciptakan misteri di kepala. Pastinya Angelina yang berencana hamil lagi sangat terpukul menerima kenyataan yang sangat tidak diharapkan ini. Pasti juga membingungkan bagi anak-anak mereka yang belum dewasa. Para penggemar dan koleganya di DPR pasti merasa kehilangan besar dan bertanya-tanya dalam hati, mengapa? Belum lagi orang tua, kerabat dan seluruh handai taulan mestinya serasa bermimpi dan berharap kabar tersebut bohong.
Tapi bagaimanapun mereka menolak, terkejut dan tidak mau mengakui di hati kecil, realitanya Adjie sudah meninggalkan orang-orang tercintanya di dunia. Malaikat maut sudah menjemputnya tadi malam. Ini lah bukti dari isi surah An Nissa’ 78 bahwa di mana pun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. Ini jugalah bukti bahwa setiap yang berjiwa akan mati dan tidak satupun yang bernyawa akan terhindar darinya. Kematian Adjie yang begitu belia memaksa kita berhadapan dengan kebenaran pepatah lama bahwa antara hidup dan mati batasnya cuma setipis kulit bawang.
Menurut ajaran Islam, Allah menciptakan kematian setelah menciptakan Adam. Al Suyuti menggambarkan dengan cantik pada suatu syair yang isinya menceritakan ketika malaikat mengatakan bumi tidak akan cukup luas untuk menampung Adam beserta seluruh keturunannya, Allah SWT memastikan kepada para pembantunya itu bahwa mereka tidak perlu kuatir, Dia akan menciptakan kematian untuk mengatasinya. Dan ketika para malaikat beragumen lagi bahwa manusia akan putus asa jika mengetahui mereka akan mati, Allah mengatakan bahwa Dia menciptakan harapan.
Kematian memang mendapat kedudukan penting dalam keimanan Islam. Menurut literature yang saya baca ada 165 ayat dalam Al Qur’an dan ribuan hadis yang menyinggung masalah ini. Dari sini lahir ribuan karya intelektual yang memberi pengarahan kepada orang-orang berimana bagaimana mereka harus mempersiapkan kematian, bagaimana kematian itu berlangsung, apa peran malaikat maut dan bagaimana hidup di alam kubur.
Penting memang, namun memandang hidup hanya semata-mata sebagai awal dari kematian, menurut saya juga tidak lah tepat. Kita lahir memang akan mati, tapi misi hidup yang sesungguhnya bukan cuma menuju mati. Seperti sebuah hadis yang menceritakan dialog antara Allah dengan Adam yang menyuruh Adam menziarahi hidup dan permukaan bumi sebelum “sesuatu” terjadi kepadanya. ” Apa yang akan terjadi kepadaku ya Allah?” Tanya Adam. ” Sesuatu yang belum engkau ketahui, kematian” Jawab Allah. ” Apa itu kematian ya Allah?” Tanya Adam lagi. Dan Tuhan berkata: ” “sesuatu yang akan engkau rasakan…”
Berkaca kembali pada isi baris akhir syair dari Al Sayuti bahwa Allah menciptkan harapan berdampingan dengan kematian, merupakan isyarat bahwa penciptaan kita tidak semata-mata bermisi menghadapi kematian. Dalam persinggahan amat pendek ini di dunia, ada hal lain yang sangat penting yang perlu dikerjakan sebagai kepanjangan tangan Allah di bumi. Menciptakan lapangan kerja agar orang lain bisa memberi makan keluarganya, membuka tudung-tudung kebodohan dan berkontribusi dalam pencerahan pemikiran masyarakat, ikut ambil bagian menata negara seperti yang dilakukan Adjie Massaid dan masih banyak hal lainnya. Barulah ketika hal ini dilaksanakan dengan sebaik dan semampu kita kematian itu menjadi indah…
Jadi selamat jalan Adjie, semoga apapun kebaikan yang engkau kerjakan selama hidup langsung dibayar dan di tukar oleh Allah sebagai hartamu di akhirat. Amin
Wallahu’alam bishawab