Lagi baca buku terbaru dari konsultan bisnis ternama Al dan anaknya Laura Ries. Judulnya WAR IN THE BOARDROOM. Buku menarik yang dibeli Adit walau saya masih terpaku pada penjabaran Prakata mengenai rival abadi antara otak kiri dan otak kanan. Pernah diberi tahu bahwa pembaca buku yang baik harus seperti ini, memahami bab Prakata karena titik pijak untuk memahami bab-bab selanjutnya terletak disini. Belum cukup, saya juga mengikuti quiz sederhana di www.ries.com untuk mengetahui kecenderungan berpikir. Surprise surprise! Ternyata saya di golongkan sebagai otak kanan dominan. Pada hal beberapa tahun lalu pernah mengikuti test serupa dapat golongan kiri. Tidak tahu lah! Apa mungkin dominansi otak bisa berubah seiring usia? Atau agar terkesan berotak kanan saya memilih jawaban yang saya tahu mengarah pada skor otak kanan ketimbang memilih berdasarkan fakta sesungguhnya
Apapun lah! What is fact anyway ? Let see apakah benaran berotak kanan dominan?
Bila otak kiri memiliki preferensi kuat ke arah pemikiran verbal maka otak kanan lebih menyukai pemikiran visual.
Tampaknya pas. Orang-orang terdekat tahu persis bagaimana kemampuan saya berbicara. Semberawut, aca kadul dengan kalimat berderai. Maksudnya kadang saya sedikit kesulitan bagaimana menemukan koneksi antar kalimat yang menjadi syarat bicara lancar. Iya. Jika sampai saatnya bicara saya sulit meluncurkan kalimat smooth bagai aliran air. Sebab yang terbayang adalah potongan-potongan gambar. Sijago bicara mungkin hanya perlu sekian detik untuk mengatakan ini : " kambing berlari terbirit-birit di tengah pasar lalu ditangkap tukang pedati" Untuk saya perlu waktu lebih lama karena harus membuat gambaran mental terlebih dahulu sebelum mengkomunikasikannya.
Masyarakata otak kiri membangun dunia mereka dari seni analisis yang melibatkan detail dari fakta-fakta rumit. Basis data komputer adalah hasil kerja dari otak semacam itu. Dan dunia tahu bahwa saya bisa strock jika harus bekerja dalam struktur seperti itu. Saya tidak akan tahan disuruh menelusuri detail satu persatu. Bila yang dibicarakan orang soal administrasi saya lebih suka melihatnya dalam lingkup manajemen. Sebab dunia lebih menarik ketika kita memandang segala sesuatu dari gambaran besarnya.
Terus terang cara berpikir seperti ini sering mendatangkan kesulitan. Terutama ketika dibawa kepada manajemen usaha yang menuntut pancatatan administrasi yang rapi, job descrption yang jelas, dan kesinambungan antara input dengan output dalam skala organisasi. Kengganan saya dalam mengeksplorasi tetek-bengek, sementara perusahaan belum sanggup menggaji karyawan untuk pos-pos tersebut, tak jarang membuat ketegangan di tempat kerja.Namun yang terbaik dari saya adalah tidak pernah meminta orang lain agar memahami "kelebihan" ini. Paling-paling kalau diomelin saya manggut-manggut saja untuk kemudian meneruskan cara kerja yang saya suka. No body perfect you know… hehehe…
Otak kiri menggunakan logika, kanan lebih banyak memfungsikan perasaan
Ada benarnya. Kami banyak terlibat dengan petani pedesaan yang kurang bisa melihat gambaran besar dari sebuah komptensi maupun kompitisi dalam organisasi bisnis. Untuk mereka kebiasaan-kebiasaan yang telah berjalan selama ratus tahun adalah kebiasaan yang benar. Tidak perlu intervensi apa lagi bermaksud merubahnya. Kalau tidak suka dengan kualitas gula yang mereka buat ya sudah cari saja perajin lain. Yang begini saja sudah laku kok yo aneh-aneh minta yang lain.
Bila Anda bekerja dengan satu orang, sikap mental ini tidak akan membuat frustrasi. Ikut saja saran mereka cari yang lain. Lain ceritanya jika jumlah mereka ratusan, logika tidak lagi menjadi isu relevan. Yang Anda butuhkan adalah sebuah empati bahwa mereka sudah menerima pola ini selama tujuh turunan, sudah tertanam di bawah alam sadar dan otak belakang. Maka kesuksesan berkelanjutan dengan mereka memerlukan kecerdasan khusus untuk memotongnya tanpa huru-hara.
Kalau saya telaah ke belakang, nampaknya disinilah fungsi otak kanan banyak terpakai. Dengan membuatkan gambaran-gambaran tertentu kira-kira apa dampaknya pada kesejahteraan mereka jika turut permainan kami, sekarang kebanyakan mereka sudah berubah. Memang belum seluruhnya. Tapi saya percaya bahwa mereka-mereka yang sudah berubah ini akan menularkan kebiasaan baik tersebut kepada temannya.
Yang terbaik adalah memiliki kerja otak yang seimbang. Antara belahan kanan dan kiri bekerja saling menunjang. Ketika yang kanan menekankan fantasy, yang kiri akan mengawasinya dalam realita. Begitu pula ketika kanan menatap masa depan yang kiri membawanya ke belakang agar lebih bijaksana. Hanya saja menurut Ries, tidak satupun manusia di dunia ini yang menggunakan ke dua belah otak mereka secara maksimal. Tapi itu bukan berarti ketika kita menggunakan otak kanan otak kiri tidak berfungsi. Baik otak kanan atau kiri tetap bekerja bahu membahu dalam menjaga keberlangsungan hidup . Cuma kecenderungan dominansi hanya terjadi di salah satu belahan.
Begitu katanya…
Wallahu'alam bishawab