7 Alasan Unik Mengapa Kamu Harus ke Abyaneh Desa Merah Kuno Iran – Untuk penyuka wisata sejarah, Iran menawarkan banyak tempat yang bisa dieksplorasi. Salah satunya Abyaneh, Desa Merah Kuno yang sudah berdiri lebih 2000. Terletak di kaki Gunung Karkas antara Kashan dan Esfahan. Sukses melewati abad dengan tetap mempertahankan warisan dan keunikan budayanya. Padahal dinasti di kerajaan Persia datang dan pergi silih berganti.
Makanya senang banget begitu kaki menginjak tanah merah Abyaneh. Sayangnya ketibaaan di sana sudah sore. Jadi kesempatan ekplorasi kota kuno ini sangat terbatas. Namun itu tak mengurangi antusiasme saya menjelajah desa yang sempat terpencil ratusan tahun ini.
Sejarah Awal Berdirinya Abyaneh
Abyaneh bisa dijadikan sebagai laboratorium hidup, mengamati perkembangan tradisi di Iran. Karena tempat ini masih menyimpan cara hidup masyarakat Persia kuno. Baik tradisi maupun bahasa yang digunakan. Dari beragama Zoroaster sampai Islam dan dianut sebagai agama mayoritas, setidaknya cara mereka berpakaian masih tetap.
Ceritanya ketika orang Arab menginvasi Persia pada abad ke-7, beberapa pengikut agama Zoroaster melarikan diri ke pegunungan dan gurun di sekitarnya . Mereka menolak masuk agama Islam. Kalau sekarang sih sudah menerima Islam seluruhnya.
Baca juga Desa Wisata Bobung Gunung Kidul
Nenek moyang mereka ini lah yang mendirikan desa di sepanjang lembah panjang dan sempit di Pegunungan Karkas. Abyaneh salah satu dari desa tersebut.
Ohya mengikuti Wiki: Zoroastrianisme atau Majusi adalah sebuah agama dan ajaran filosofi yang didasari oleh ajaran Zarathustra yang dalam bahasa Yunani disebut Zoroaster.
7 Alasan Unik Mengapa Kamu Harus ke Abyaneh Desa Merah Kuno Iran:
1. Laboratorium Antropologi Keren
Pernyataan di atas tak berlebihan. Menurut para ahli kondisi seperti di atas memungkinkan karena lokasi Abyaneh yang terkurung perbukitan. Kondisi yang membuat masyarakat Abyaneh terisolasi dari budaya luar selama bertahun-tahun.
Ternyata kondisi terisolasi membawa keberuntungan. Adat istiadat, bahasa, tidak banyak tersentuh pengaruh luar. Untuk teman-teman ketahui bahwa orang Abyaneh masih berbicara dalam bahasa farsi dengan dialek khusus. Keren lagi hanya di lakukan di desa itu saja. Begitu pun mereka masih menggunakan beberapa kata dari zaman Parthia ( 247-234 M).
Baca juga Wisata Kerbau Rawa Danau Panggang
Abyaneh desa merah kuno ini luasnya hanya 70 km2. Namun banyak aktivitas yang bisa teman-teman lakukan di sana. Ohya destinasi Abyaneh Iran ini biasanya berlangsung dalam 1 day trip. Tempat singgah ketika seseorang berjalan dari Tehran-Isfahan atau sebaliknya. Tapi kalau mau menginap tersedia hotel kok.Â
2. Menyisir Gang-Gang Bersejarah Abyaneh
Abyaneh hanya bisa disisir dengan jalan kaki. Untuk yang pertama kali mampir ke sana,tak usah bingung untuk memulai mengeksplorasi desa. Ikuti saja gang yang akan membawa kemana pun kamu melangkah. Dijamin tidak akan tersasar. Karena selain kecil, masyarakat di sana bisa dimintai petunjuk.
Yang penting kamu menikmati jalan sempit dan kadang terjal yang diapit tembok rumah-rumah kuno. Terbuat dari bata dan tanah liat kemerahan. Ini akan membuatmu merasa terlempar ke masa lalu.
Di sepanjang gang juga akan bertemu dengan penduduk. Terutama sore musim panas, mereka suka menghabiskan waktu di depan rumah bersama para tetangga. Kamu akan disapa dengan ramah. Ditanya berasal dari negara mana. Diajak duduk dan akan senang sekali jika tahu kamu dari Indonesia.
Bahkan saaat itu kami mendapat hadiah buah apel dari penduduk. Dipetik dari kebun sendiri. Pertanian di sini menerapkan sistem organik.
3. Gaya Berpakaian Lelaki dan Perempuan di Abyaneh
Yang sangat menarik saat menyusuri jalan-jalan setapak abyaneh adalah perjumpaan dengan penduduknya yang seolah menggunakan seragam.
Para wanita mengenakan kerudung putih bercorak bunga. Ternyata ini termasuk jenis pakaian tradisional mereka. Untuk acara resmi akan dilengkapi dengan blus, dress, shaliteh ( sejenis rok sampai lutut), hiasan kepala, kaos kaki, dan sepatu kartun. Busana bercorak warna-warna cerah itu mewakili warna alam Abyaneh.
Baca juga Rekomendasi 2 Wisata Museum di Bali
Sedangkan pria menggunakan kemeja dan celana panjang hitam longgar. Terlihat juga yang mengenakan pakaian panjang, kaos, selendang pinggang, dan sepatu kartun. Pakaian tradisional ini dikenakan semua orang terlepas dari pekerjaan dan status sosial meraka.
4. 6 Alasan Unik Mengapa Kamu Harus ke Abyaneh Desa Merah Kuno Iran – Melihat kuil zoroaster dan masjid Jami
Saya melakukan kesalahan besar saat berkunjung ke Abyaneh. Tidak reset terlebih dahulu. Kebiasaan mengikuti full service tour yang selalu dituntun guide, take for granted.
Karena tidak tahu apa saja yang bisa saya lihat dalam desa, saya hanya menyisir gang-gang dan berjumpa dengan penduduknya. Padahal kalau saya naik ke bagian atas Abyaneh di sana terdapat pemandangan 360 derajat. Dari sana bisa melihat pegunungan, Desa, dan Sungai Barzudh yang mengalir melewati samping desa.
Dan yang paling nyebelin adalah saya gagal melihat tempat ibadah masyarakat Abyaneh.
Jadi kalau kamu ke sini jangan lupa, di sini ada Masjid Jami yang berasal dari abad ke-11. Kalau saya lihat dari foto-foto yang beredar di internet, penuh dengan ukiran dan warna-warna cerah. Katanya mihrab terbuat dari kayu kenari. Ukiran di atasnya berasal dari era Seljuq (1074 M).
Dan yang paling ngeselin lainnya, di sana ada bekas rumah ibadah penganut Zoroaster, agama nenek moyang orang Iran. Harpak Zoroastrian Fire Temple namanya. Kuil api zoroastrian yang berasal dari zaman sassanid, merupakan bangunan paling tua di Abyaneh. Sekalipun tak boleh dimasuki, kita bisa melihat-lihat dari luar.
Nah menurut brosur yang saya baca belakangan terdapa 3 kastil, tempat ziarah dan 2 masjid lainnya di sini.
5. Mayoritas Penduduknya Kaum Manula
Saya paling suka memperhatikan keunikan suatu tempat. Ini juga motif saya membuat 7 Alasan Unik Mengapa Kamu Harus ke Abyaneh Desa Merah Kuno Iran ini.
Setelah setengah jam melintasi gang-gang di Abyaneh, melihat penduduk di depan rumah mereka, saya menyadari bahwa rata-rata penduduk yang mengenakan kerudung warna-warni itu, adalah orang tua.
Begitupula dengan kaum bapak yang akan selalu ramah memberi kita salam ramah, kebanyakan manula.
Penduduk desa ini hanya berisi sekitar 350 kepala keluarga. Semuanya manula. Karena kaum muda lebih suka mencari kehidupan di kota.
Dan warga yang saya temui itu kebanyakan juga tinggal di desa hanya selama musim panas. Kalau musim dingin, ketika Karkas dan desa diselimuti salju,  tempat ini berubah sangat dingin. Jadi tidak cocok untuk ditinggali.
Tapi tentu saja wisatawan bisa datang kapan saja. Musim panas atau musim dingin.
6. 7 Alasan Unik Mengapa Kamu Harus ke Abyaneh Desa Merah Kuno Iran – Mengapa Disebut Sebagai Desa Merah?
Bangunan dengan tekstur kompak itu terbuat bata, tanah liat dan jerami. Oksidasi zat besi yang terkandung dalam tanah yang memberi warna kemerahan pada rumah-rumah di Abyaneh.
Rumah-rumah dibangun menghadap ke arah timur untuk mendapatkan sinar matahari maksimal. Satu kamar dapat digunakan sebagai ruang makan, ruang keluarga, dan kamar tidur. Mirip Rumah Gadang di Minangkabau konsepnya. Yang membedakan, kamar-kamar yang digunakan di Abyaneh selama musim dingin secara arsitektural berbeda dengan musim panas.
Untuk memberi penerangan pada seluruh bagian rumah terdapat beberapa jendela kecil di sekeliling dinding. Ukuran kamar, pintu dan jendela, semuanyaharus menunjukkan kesederhanaan hidup di desa kuno ini.
7. Pintu Rumah Dengan Simbol Lelaki dan Perempuan
Setelah ngider-ngider dalam gang, sekarang teman-teman pasti mulai paham. Bahwa aspek menakjubkan dari arsitektur rumah-rumah di sini adalah tampilan rumah yang seragam.
Sebagian besar pintu memiliki dua pengetuk yang terbuat dari besi atau kayu. Ini bukan sembarang ketuk. Ini adalah desain paling kuno dan paling otentik di Abyaneh. Pengetuk yang berbentuk bulat sebelah kiri untuk wanita, sedangkan yang panjang di sebelah kanan untuk pria.
Jadi jika kamu bertamu ke rumah orang Abyaneh, tuan rumah akan langsung tahu siapa tamunya. Bila perempuan tuan rumah perempuan lah yang akan membukakan pintu. Begitu pula sebaliknya.
Sedangkan di atas pintu biasanya terdapat kaligrafi Al Quran. Atau nama pemilik dan perancang rumah tersebut. Terkadang ada puisi yang berisi gambaran budaya Iran kuno.
Nah gaya fasad-fasad rumah itu kebanyakan berasal dari dinasti Safawi.
Pada tiap rumah juga terdapat tempat duduk kecil terbuat dari baru. Disediakan bagi pejalan kaki atau penghuni untuk beristirahat sejenak.
Sebagian besar rumah di Abyaneh punya balkon yang menjorok ke luar gang. Biasanya akan dihias dengan bunga warna-warni. Bayangkan bila musim semi tiba, maka Abyaneh tak ubahnya seperti kebun bunga.
Terakhir! Semoga badai Covid-19 segera berlalu ya. Kita bisa jalan-jalan lagi. Dan membuktikan ocehan saya tentang 7 Alasan Unik Mengapa Kamu Harus ke Abyaneh ini 🙂
Baca Serial Trip Iran Lainnya :
27 comments
Acapkali saya baca literatur tentang Iran dan negara-negara di sekitarnya. Salah satu yang menjadi perhatianku adalah bangunannya yang indah hahahaha. Entahlah, macam gimana gitu
Ternyata Iran cakep ya. Banyak budaya kuno yang menarik. Warganya pun ramah. Aku kira Iran negara konflik dan berbahaya lho
Waah asyik ya desa Merah ini, mbak. Dari bangunan rumah-rumahnya memang berasa pergi menjelajah masa lalu.
Saya pernah membaca sebuah artikel tapi lupa di mana, bahwa agama Zoroastrianisme atau Majusi ini konon katanya yang membawa 3 orang Majusi menemui bayi Yesus dalam kisah kelahiranNya; tapi apakah ini benar atau tidak, entah. Mesti riset lagi 🙂
Menarik sekali desa ini. Karena berbeda dan unik dibandingkan wilayah lain. Penasaran soal pengetuk pintu sesuai gender. Cara bedain bunyinya gimana ya? Kalau di dalam kan ga ketauan Sisi mana yg diketuk
Selalu menarik buat saya untuk tau budaya dari daerah lain, termasuk Abyaneh ini. Kota tua yang menyimpan banyak cerita dan sejarah bangsa Persia.
Lingkungannya pun cantik banget.
Jadi pengen deh foto2 di sana…
Baca artikel ini jadi nostalgia jalan-jalan lagi ya 🙂 Setuju, Abyaneh menarik banget, aku suka flower power outfit ibu2 disana 🙂
masyaallah beautiful places mba, semoga suatu hari nanti saya bisa ke negara ini melihat keindahannya dengan mata kepala sendiri, salah satu wishlist saya, dna pengen mengajak ibu saya ke sana juga, aamiin allahuma aamiin, insyallah, cantik banget dan saya suka kalau traveling bisa berinteraksi dengan masyarakat lokalnya seru banget dan bahagia banget
MasyaAllah mbak, beneran unik ya desa Abyaneh ini. Kelihatan padat dari atas ya dan seperti hamparan bunga.
Beruntung sekali Mbak sudah pernah ke sana. Saya jadi ingat, salah satu ilmuwan muslim juga ada yang lahir di isfanah kalau tidak salah Ibnu Sina. Jadi ingin ke sana deh semoga suatu saat ketika pandemi sudah usai bisa napak tilas. Dari kota Mekah lalu madinah dan seluruh jazirah Arab dan jalur Sutra. Aamiinn
nah ini keren banget nih.. kearifan lokalnya terjaga banget ketika desa ini terisolasi, jadi tidak terpengaruh apalagi tersesatkan dengan budaya2 luar.. takjub banget!
Unik sekali desa Abyaneh ini…
Melihat beragam bentuk rumah dengan design yang sama semua. Aku rasa kalau rumahnya di gang begini jadi kemana-mana jalan kaki uaa, kak?
Foto-foto yang berhasil mbak Evi abadikan kece2 semua. aku paling takjub lihat rumah-rumah di Abyaneh. Warna bata merah dan terracotta nya sangat cantik pun instagrammable . Yang tinggal di sana banyak manula, kotanya terlihat adem tentrem yaa. Cocok buat masa tua kayaknya ya. Saat ini Iran belum masuk bucket list aku, tapi ya siapa tahu ada rezeki dan jodoh bisa ke sana nggak nolak juga sih he he he.
Jejak sejarah selalu menggelitik untuk ditelusuri. Suatu hari ke negeri ini mau ke sini ah, suka banget sama arsitekturnya. Sangat terjaga kebersihan dan bentuknya ya. Penduduknya pun tetap dengan budayanya ya Allah.. semoga selalu terjaga
Aku lgs liat itin tripku yg ke Iran nanti, ternyata ga ada desa abyaneh ini :(. Rutenya cuma Teheran , Shiraz dan Isfahan. Masalahnya Krn pake tur mas ariev lagi, jd ga mungkin minta ganti rute mba hahahahha.
Uniiiik ya desanya. Yg pengeruk pintu bisa aja bikin ide gitu :D. Kalo semisal ga tau dan salah pake pengeruk pintu, dimaklumi lah yaa kalo bukan org lokal 😀
Wah mba Evi, pengalaman menarik ini ya. Bangunannya senada semua warna merah, pemandangan alamnya pun cantik sekali. Unik juga ya itu gagang pintunya dibedakan, jadi semacam bel buat tuan rumah pria dan wanita. Mungkin bunyinya satu tingting, satu tongtong ya hahaha.
Hahahaha..Ting dan Tong emang pasangan cocok ya..Aku rasa selain bentuk bunyi, asal bunyi, seperti dari kanan atau kiri, juga bisa dipakai Ogie 🙂
Ooooooh jadi rumah2 di Abyaneh tuh memang sengaja dibuat menghadap ke timur supaya dapat sinar matahari? Lorong2nya gelap ya kayaknya serem kalau melintas sendirian. Kepo sama orang2 mudanya kayak apa hihihihi. Bangunan lama kelihatan aura mistisnya deh… Rumah model gini dengan gang2nya bikin kita olahraga secara ga langsung ya, makanya lansianya hidup sehat gitu 🙂
Konon begitu ceritanya, Mbak Nurul. Menghadap Timur agar dapat sinar maksimal, dan tak terlalu panas juga kalau mendekati sore 🙂
Yang ada di pikiranku selama baca tulisan ini, “ya Allah mau ke sana. Mau banget!”
IIran masih berada di daftar tertinggi negara yang ingin banget aku kunjungi. Unfortunately, karena covid, keramahan Iran katanya sedikit tergerus. Orang sana jadi parno dengan wisatawan terlebih yang tampilannya chinnese look (kayak aku gini, nganu matanya hwhw).
Semoga bisa ke sana dan kalau ke sana situasi sudah jauuuuuuuh lebih baik dan menyenangkan. Ditunggu tulisan-tulisan tentang Iran lainnya Mbak Evi.
Betul sebelum bencana Covid-19 mengharu-biru dunia, orang Iran sangat ramah pada orang Chinese. Maklum negara mereka akan juga berhubungan akrab terutama dalam menghadapi hegemoni Amerika. Dan tak heran setiap kami berjumpa mereka akan memberi salam ni hao. Sepertinya wajah-wajah Melayu pun akan dianggap sebagai Chinese. Entah apa yang akan terjadi bila pariwisata Iran dibuka kembali dan Kita orang Indonesia travelling ke sana. Saya sih berharap semoga tidak terlalu horor
Zoroastrian, saya jadi ingat agama keluarga vocalis Queen, Freddie Mercury atau Farouk Bulsara. Dia seorang keturunan Persia juga bukan? Abyaneh ini keren banget yak? Saya setuju kalau ini disebut sebagai salah satu laboratorium antropologi Iran. Ya betapa tidak, bukti-bukti peninggalan masa lalu masih bisa dinikmati di masa kini. Adat-istiadat asli warganya masih bisa dinikmati di masa kini, dan tentu saja manusia, budaya, dan peradabannya yang telah melalui beberapa musim masih bisa dinikmati.
Gegara blog uni, saya jadi membuka mengenai Abyaneh ini. Amin, semoga pandemi berlalu, if God will, saya pasti mengunjungi tempat ini dan membuktinya tulisan uni ini. hehe
Semoga ya Mbak pandemi ini segera berlalu dan pariwisata di seluruh dunia dibuka kembali. Karena mobilitas antar bangsa akan membuka wawasan kita tentang suatu negeri. gara-gara travelling ke Iran inilah saya baru tahu bahwa berita-berita yang dibuat dari dunia barat ternyata tidak semua betul
aku langsung tersepona sama gambar jepretan mbak Evi, khususnya yang keledai. Komposisinya pas. Selain itu gagang pintu yang berbeda bentuk ini sepertinya ada cerita khusus ya.
Selama di sana, ada kendala bahasa atau makanan, mbak?
Terima kasih, Ko Ded..
Iya tentu banyak kendala bahasa, karena sedikit orang Iran yang mengerti bahasa Inggris. Tapi kita kan selalu punya bahasa universal, senyum, gerakan, dan isyarat 🙂
MasyaAllah indah banget yaa mbak. Suka banget liat desa yang seragam gini, bener-bener sarat akan sejarah yaah. Ohiya aku kok kepo banget yah kenapa disetiap pintu itu disesuaikan dengan gender? Apa ketika mengetuk dari luar suaranya akan beda di dalam? *kepoo akuuu hehe
Mengenai pintu dengan pengetuk yang berbeda untuk tiap gender, tentu itu terkait dengan syariah Islam, Mas. Tamu wanita hanya akan dilayani oleh tuan rumah yang wanita. Begitu pun dengan tamu lelaki, hanya dilayani oleh tuan rumah lelaki 🙂
Jadul sekali Desa Abyaneh ini, TanEv.
Lalu apakah orang-orang di sana, khususnya kaum manula, bisa berbahasa Inggris?
Desanya terlihat tenang sekali. Tidak ada kendaraan bermotor ya di sana, Tan?
Seneng deh ketika suatu daerah berganti agama, sisa peninggalan dari aliran terdahulunya nggak dihancurkan 🙂
Enggak bisa bahasa Inggris. Kami hanya saling mengerti lewat perasaan hahaha