Mengenal Batik Tanggamus | Festival Teluk Semaka 8 kembali digelar. Mereka kembali mengundang aktivis sosial media dari berbagai daerah untuk mengesplorasi alam dan budaya Kabupaten Tanggamus. Keputusan cerdik yang selayaknya juga ditiru oleh dinas-dinas Pariwisata di daerah lain. Kalau perlu berkaca pada program Kementrian Pariwisatanya Pak Arief Yahya, memasukan teknologi komunikasi dan informasi (ICT) dalam mempromosikan pariwisata Indonesia. Selain untuk mengatasi biaya promosi yang terbatas diharapkan promosi digital akan lebih menguak berbagai potensi daerah ke permukaan. Karena pemakaian internet semakin luas di Indonesia. Halnya untuk Kabupaten Tanggamus, hasil akhirnya tak hanya memajukan sektor wisata dan budaya tapi juga potensi-potensi ekonomi lain. Seperti kita tahu Tanggamus merupakan salah satu penghasil kopi robusta terbaik di Indonesia.
Mas Elvan dengan batik tanggamusnya menyambut kami di depan pintu masuk Sanggar Ratu
Foto Bupati Tanggamus Bapak Bambang Kurniawan dan wakil Bapak Samsul Hadi di dinding
Seperti cerita pada Semaka Tour dan Festival Teluk Semaka 2015, tanggal 19 November saya dan dua blogger lain sudah mendarat di Bandara Radin Inten II. Sibuk benar kami hari itu. Masih menilik Jejak Kaki Pertama Orang Jawa di Museum Ketransmigrasian di Kabupaten Pesawaran, Mas Elvan dari Disbudparpora menelepon menanyakan posisi kami. Kami sudah dinanti di Dekranasda, katanya. Semangat langsung saja melonjak kala tahu kami akan dibawa mengenal Batik Tanggamus. Kalau Tapis Lampung sudah sering mendengar. Bagaimana pula rupa Batik Tanggamus? (Kakak bawa saya menelusur keunikan budaya negerimu!)
Berbagai motif batik Khas Tanggamus. Salah satunya ada motif Bunga Kamphai (tomat kecil/cherry)
Mengenal Batik Tanggamus di Sanggar Ratu
Tak lama kami pun sampai di Sanggar Ratu yang saya kira kantor Dekranasda tadi. Tapi tidak salah juga sebab nama Dewan Kerajinan Nasional Daerah Tanggamus memang melekat di tempat ini. Dipimpin Bapak Omansyah Adok Minak Jaga, terletak di Pekon Banding Kecamatan Talang Padang, Diresmikan oleh Ibu Dewi Handayani istri Bupati Tanggamus pada 28 Maret 2011. Pendiriannya dimasudkan untuk mewadahi para perajin daerah sekaligus sebagai media promosi.
Di pintu masuk Mas Elvan menyalami kami satu persatu dan langsung memperkenalkan kepada Ibu Oman. Di dinding tergantung foto pasangan Bupati Tanggamus beserta wakilnya.
Tumpukan Batik Printing
Latar Belakang Motif Batik
Menurut Wikipedia nama Batik berasal dari bahasa Jawa “amba” artinya menulis dan “titik” artinya titik. Jadi kata batik merujuk pada kain yang digambari, membentuk corak karena penggunaan “malam” (lilin) untuk menahan masuknya bahan pewarna (dye) ke dalam serat kain. Dalam Bahasa Inggris disebut “wax-resist dyeing”. Tapi definisi ini adalah tentang batik tulis. Lahir dari tradisi Jawa. Secara tradisional dikerjakan oleh kaum perempuan, dalam waktu lama dan harganya mahal. Sementara pasar juga menginginakan batik yang bisa dimasuki kaum lelaki, pengerjaan yang cepat, efisien, dan harga lebih murah. Lalu lahir lah “Batik Cap” seperti batik-batik yang saya temukan di Sanggar Ratu.
Awalnya batik ditujukan untuk kepentingan upacara adat dan agama. Jadi pola, motif dan warna mempunyai arti simbolik yang tujukan untuk menambah daya magis. Selain motif juga dibuat tidak sekedar gambar atau ilustrasi namun juga bisa menyampaikan pesan atau informasi. Sebab motif batik tidak terlepas dari pandangan hidup sang pembuat. Ditambah lagi pemberian nama terhadap motif berkaitan terkait erat dengan harapan.
Sanggar Ratu
Batik Tanggamus Bermotif Lumba-Lumba
Memahami latar belakang pembuatan motif, pola, dan warna batik, saya jadi memahami mengapa Kabupaten Tanggamus mengangkat lumba-lumba sebagai ikon motif batiknya. Pesisir Tanggamus dengan Teluk Kilauan telah muncul ke pentas nasional berkat ikan lumba-lumba. Maka penggunaan “Bung Lumba” (lumba-lumba dalam bahasa Lampung) diharapkan menaikan taraf kesadaran berbagai pihak, turut menjaga agar habitat lumba-lumba di Bumi Begawi Jejama tetap lestari.
Umumnya batik gaya pesisiran, dalam mengenal Batik Tanggamus, saya juga menemukan corak berani dengan warna-warna terang. Pun pada kain-kain batik yang disampirkan pada gawangan (alat penyampir) di Sanggar Ratu, gaya pesisirnya tergambar jelas.
Dolphin di mana-mana
Serakan batik cantik yang menggoda untuk dibeli
Motif batik Sanggi: Kapal Jukung, Cadik, Pohon Ara (pohon kehidupan), dan nelayan
Batik Sanggi khasTanggamus
Tak hanya Batik Tanggamus bermotif lumba-lumba yang bisa ditemukan dalam Sanggar Ratu. Karena ini pusat kerajinan komunitas, disini pun tersedia Kain Tapis dan tenun Sulam Usus. Ada pula batik bermotif Sanggi yakni batik bergambar Ketinting atau Jukung, perahu khas Lampung, lengkap dengan cadik (katir)nya. Tambah menarik lagi adalah bahwa di dalam sanggi ini terdapat gambar-gambar perahu bermuatan kayu ara atau gajah. Pasti ada penjelasan atau filosofi di belakang kayu ara dan gajah ini. Sebab mereka tidak hanya terlihat pada batik tapi juga pada ukiran rumah asli atau rumah adat. Sayangnya tak ada orang yang bisa dimintai keterangan. Bu Oman pun hanya menjawab bahwa motif seperti itu sudah ada sejak dulu kala dan dari sananya memang sudah begitu.
Kain Tapis tenun emas ini sungguh bikin kepala pusing. Pengen soalnya tapi mahal
Bordir di tepi ini disebut renda
Motif Renda yang sedang dikembangkan Sanggar Ratu
Menarik mencermati kerajinan Batik dan tenung Tanggamus itu satu persatu. Hanya keterbatasan waktu yang membuat kami cepat meninggalkan tempat itu.
Batik Tanggamus, anyone?
36 comments
Batiknya bagus-bagus. Kain tapisnya pun cakep.
Benar Pak Alris. Bikin ngiler hehehe…
cakeeepppppp
Siapa kak? Yang nulis atau batiknya?
Cantiiiiik batiknya Mbak Evi! Saya punya dua baju bermotif batik Lampung, cuman saya gak tahu cirikhasnya mana. Warnanya itu loh, berani! Saya punyanya yang kuning. Kalo kain tapis pernah saya belikan buat ibu mertua sama ibu saya. Hihihi. Sampe sekarang gak dipake saking mewahnya kelihatannya itu kain 😀
Nah penyakit ibu-ibu memang seperti itu Mas Dani. Pengen punya kain yang terlihat mewah itu. Tapi kalau sudah punya sayang untuk dipakai. Itu juga saya banget Mas Dani. Kirim tozz untuk dua ibu Mas Dani itu 🙂
Kemarin aku naksir batik motif lumba-lumba warna biru yang ada di foto paling atas. Kainnya yang nomor tiga dari kiri pojok bawah. Aku kira bentuknya seperti kain batik merah yang aku pakai saat festival hari Sabtu. Ternyata beda. Nggak jadi beli. Padahal pingin dipake buat jalan-jalan 🙁
Kalo model sarung agak susah dibentuk gaya casual 😀
Kalau model kain pantai tinggal di lilitjan ya Mbak Rien 🙂
Wah ada fotoku, untung lagi nunduk jadi gak merusak isi blog ini haha. Tulisannya komplet banget mbak (((MBAK))) *kasihjempolseratus*
Dan memang, kain tapis ini bagus bangeeet.
Terima kasih sudah balik ke (((MBAK))) wkwkwk…
Iya tapis2 yang disampirkan itu bikin hatiku melekat di sana, Mas Yan 🙂
Itu yang motif lumba-lumba lucu mbak :3
Banget Feb 🙂
Aiih…cakep2…. Hii…bikin ngiler pengen melihat langsung nih, mba Evi. 🙂
Motifnya beda dari Pekalongan Mbak Mechta. Tapi kecerahan warna sama beraninya 🙂
Cantik2 ya uni batiknya dan coraknya juga sangat menggambarkan kehidupan warganya. Suka banget yg motif lumba2 itu 🙂
Memang sih batik-batik di Indonesia berangkat dari filosofi kedaerahan Mbak Muna. Jadinya unik. Dan kalau mau mendalami banyak banget ilmu yg kita dapat di dalamnya 🙂
Ternyata komen aku nggak masuk hahaha. Mau ngetik lagi udah lupa. Kemarin sih pengennya beli yg udah jadi males njait soalnya. Btw yg aku suka dari Batik Tanggamus itu paduan warnanya yang kontras dan cerah, kayak yg dipakai panitao FTS tiap tahun itu misalnya. Cantik2… pake lama sih mikirnya akhirnya nggak beli xixixi
Pantasan aku lihat lama banget merenungnya dekat Bu Oman, Mbak Don..
Dan benar panitia FTS jago memilih corak batik untuk seragam mereka. Kece semua 🙂
batiknya cantik cantik dan bagus
Cocok juga buat oleh-oleh dari Lampung 🙂
berdosa lho rasanya belum menjelajah dan mengulik kampung halaman sendiri :. Kangen lampung :((
Tahun depan ambil cuti Mas Danan 🙂
batiknya cerah2 ya mbak, aku suka yang orange
Iya Mbal Lia. Bagus jatuhnya di kulit sawo matang 😉
Baru dengar soal batik Tanggamus ini mbak. Lumba-lumba ya. Ah…bagus banget itu mbak. Belum punya batik Lampung saya. kapan2 minta teman sana kirimin ah
Unik ya Mas Ryan. Lumba-lumba nempel di baju kita hehehe…
cara yang smart untuk promosi potensi daerah ya un #salut
baru sekali ini liat motif lumba-lumba begitu. warnanya bagus 🙂
salam
/kayka
Iya pilih satu saja dari kekayaan alam atau budaya yang unggul terus geber saja dari sana promosinya ya, Kayka. Memang diperlukan pikiran kreatif untuk menonjolkan berbagai pesona daerah 🙂
Motif nya lumba2 yaaa, macam lumba2 di kiluan
Memang idenya mengambil lumba-lumba di kilauan Mas Cum 🙂
Tapisnya itu emang bikin pusing kepala, mbak, pengen beli tapi mahaaaaaaaal 🙁
Tozz kita Mel hehehe..
Motifnya bagus bagus mbak. Paling suka yag motif foto paling atas itu.
Pingin tak bikin Gamis. Jarang ya kayaknya batik dipakai model gamis gitu.
Kalau lihat motif kain bawaannya langsung ingat model yang cocok untuk dijadikan baju ya Mbak Zulfa 🙂
unik ya, batik itu tiap daerah punya motif tersendiri, terkadang kepikiran untuk jadi kolektor cuman budget ga cukup hehe
Iya aku juga pengen jadi kolektor. Sayangnya banyak yang membatasi. Itu kan juga butuh ruang dan lemari gede buat menyimpan 🙂