Valdi selalu punya sudut pandang sendiri terhadap dunia. Seperti saat baru-baru ini berkunjung ke panti asuhan khusus balita dengan teman-temannya dan melihat foto-foto yang mereka buat, aku bertanya, " Bagaimana perasaanmu melihat anak-anak itu, Dek?"
Jawabnya : " Biasa-biasa saja?"
" Loh kok biasa-biasa sih?"
" Mama mengharapkan jawaban seperti apa?"
Ditodong pertanyaan begini tentu saja awak kurang enak hati. Tapi berbelit-belit dengan Valdi sama saja dengan tidak bicara apa-apa jadi lebih baik berterus terang.
" Masa tidak merasa bersyukur sih Dek? Kamu di rawat dan dicintai mama-papa. Sampai sebesar mereka, setidaknya kamu tidak harus makan sendiri…"
Dia langsung memotong dengan tidak sabaran…" Mama jangan salah ya, anak-anak di sana bukan tidak dicintai lho, banyak kok orang-orang yang menyayangi mereka…. Perkara makan sendiri, mama saja kan yang gak sabaran melihat aku makan berantakan… "
" Tapi…tapi…tetap saja beda kan dengan kamu…"
" Memang beda, setidaknya mereka tidak dibawelin, pagi, siang, sore dan malam…" Walau matanya tertawa mengatakan ini…tapi swear dalam hati ada sedikit rasa sediiiiiihhh….bahwa dia tidak merasa lebih beruntung dari anak-anak yang tinggal di panti asuhan.
Tapi tetap saja dia anakku yang mengerti kemana perasaan mamanya mengarah, dia menghibur "Sudah deh Mama jangan lebay.."
" Aku heran Mama sama saja dengan orang lain, selau mencari perbandingan, bahkan untuk bersyukur saja perlu membanding-bandingkan nasib dengan orang lain. Menurutku kalau itu dimaksudkan sebagai satu pembelajaran, itu pembelajaran toolo! Sebetulnya gak apa-apa juga sih kalau membuat perbandingan asal kan fair. …"
" Maksudmu, Dek?"
"Kalau buat perbandingan mbok ya yang jujur. Saat memandingkan nasib dengan mereka yang kurang beruntung seharusnya juga membandingkan juga dengan mereka yang jauh lebih beruntung. Seperti dengan mereka yang orang tuanya kaya, yang bisa jalan-jalan ke luar negeri setiap liburan, yang rumahnya besar dan bertingkat……"
Huk! Rasanya seperti di tonjok di hulu hati…
" Kalau begitu kapan bersyukurnya dong, Dek?"
Berikut adalah tutur Valdi, walau tidak persis sama namun intinya seperti ini :
" Setiap saat dan di setiap kondisi. Anak-anak yang aku kunjungi di panti asuhan harus bersyukur bahwa sekalipun mereka tidak di rawat oleh orang tua tapi di gantikan oleh ibu-ibu pengasuh. Mereka bisa makan teratur, punya tempat, ada yang pontang-panting mencari dana agar segala kebutuhan mereka terpenuhi. Dan mereka tidak perlu membandingkan nasib dengan anak-anak yang tinggal di kolong jembatan untuk merasa bersyukur. Mama nangkapkan pointnya aku?"
Ya nangkep…lah…
" Jadi pointnya mama sayang, aku tidak akan pernah bersyukur karena tinggal dirumah ini sementara anak-anak itu di panti asuhan. Aku merasa tidak pantas bersyukur karena penderitaan atau kekurangan orang lain. Aku sudah bersyukur sebagaimananya aku saat ini, Valdi yang telah di beri napas oleh Tuhan (dan dititipkan kepada mama-papa –editor hehehe…)
Yah, buah memang jatuh tidak jauh dari pohonya 🙂
4 comments
Saya ngikik membaca bagian akhirnya …
… (dan dititipkan kepada mama-papa –editor hehehe…)
Hahaha … teuteup nggak rela …
Ini postingan syarat makna Bu …
Valdi memang seorang anak yang luar biasa
Salam saya
Hehehe..Dari kecil Valdi itu emang agak-agak Pak..Jadi orang tuanya memang harus punya intuisi ekstra agar ngerti apa maunya. Terima kasih 🙂
[…] Evi Indrawanto : SYUKUR YANG CERDAS Bu Evi, sang wiraswastawati dengan dua anak yang sudah menginjak remaja. Saya baru saja mengenal […]
Terima kasih atas apresiasinya terhadap salah satu tulisan saya Om Trainer 🙂