Anak-anak pernah mengatakan agar saya menunda kecerewetan sampai benar-benar pantas disebut nenek-nenek. Sekarang masih agak muda. Suka bergaya anak muda, becanda ala anak muda, dan ngambek seperti anak muda pula. Dengan kondisi seperti itu saya belum terlalu pantas bermulut bawel. Itu diluar pakem kemudaan!
Sebenarnya pengen menurut nasihat anak-anak tersebut. Siapa sih ya yang tak pengen tetap muda? Sebab kemudaan menawarkan kesehatan prima, baik jiwa maupun raga. Namun apa daya, walau bersikeras ingin, saya tetap dalam realita diambang lansia. Sudah kodrat dari lansia, mata kian rabun namun ketajamannya kian bertambah. Ada saja yang terlihat dan terasa yang memicu omelan keluar dari mulut.
Seperti kemarin di jalan raya menuju Serang, saya melihat ibu muda ini naik motor meliuk-liuk dengan enak tanpa helem di kepala. Dari belakang sudah tampak jelas bahwa dia membawa balita. Itu masih belum seberapa. Telinganya disumbat oleh sepasang headset. Itu juga masih belum seberapa saudara-saudara. Eh dia tengah asyik ngobrol dengan seseorang dengan ponsel yang entah dia letakan dimana.
Agar tak menuduh sembarangan, sengaja suami tak suruh menyupir pelan. Mengikutinya beberapa saat dari belakang. Benar dia sedang bicara terangguk-angguk dan sesekali melepaskan sebelah tangan dari setang motor dalam rangka memberi penekanan pada kalimat yang terucap.
Masya Allah! Saya langsung ngomel-ngomel pada suami.
Ini orang tahu gak sih kalau sedang bermain dengan nyawa anaknya sendiri (kalau benar itu anaknya)? Lah kalau tiba-tiba mobil di depan rem mendadak atau ada sopir senewen dari depan atau belakang, dengan kesibukan dimulut dan telinga seperti itu, apakah dia cukup siaga mengantisipasi segala sesuatu yang membayakan? Pemicaraan umumnya mengerahkan 90 persen konsentrasi pada topik pembicaraan. Dengan demikian apakah dia itu akan mendengar bunyi klakson dari pengendara lain di jalan?
Busyet! Kok orang ada aja!
Mungkin karena sayang pada telinga sendiri, suami kemudian dengan cepat mendahului pengendara motor itu. Dia langsung lenyap dari pandangan saya. Namun itu tak berhenti membuat saya berpikir pada kegilaan orang lain di jalan raya. Wanita muda ini bukan satu-satunya yang mengherankan dari perilaku tak peduli keselamatan dirinya dan orang lain di jalan.Kita bisa saja hati-hati saat mengemudi. Namun bila perilaku tak peduli seperti ibu ini adalah potensi besar terjadinya kecelakaan berlalu-lintas.
Entah sahabat sahabat pernah mengalami, berikut beberapa hal yang sering bikin saya kaget saat mengemudi sendiri di tengah jalan:
- Motor yang tiba-tiba menyalip dari kiri sekalipun kita telah ditepi.
- Saat ambil ancang-ancang berbelok di U-Turn sering di dahului oleh motor dari sebelah kanan, padahal kita sedang konsentrasi dari arah kiri tempat datangnya kendaraan lain.
- Pengguna mobil buta warna. Tak memperhatikan marka jalan kiri atau kekanan sehingga bikin bingung sopir yang ada dibelakang.
- Maksa nyalip padahal space mepet dan jalan sedang macet pula.
Bagaimana dengan dirimu sahabat, sering pulakah terkejut lalu ngomel di jalan raya?
Salam,
— Evi
20 comments
nggak usah jauhjauh ke Serang bu Evi, di Jakarta buanyaaaaaaaaakkkk banget pengendara yang nggak tertib, bisa bikin celaka orang lain
tapi saya paling gemasss ngeliat pengendara motor yang bawa anakanak terus anaknya ditaruh di depan, haduuhh itu kalau kenapakenapa nyawa anaknya melayang duluan itu, belum lagi kalau anak ditaruh di depan itu kan jadi penghalang angin buat si pengendaranya, ya mesti anaknya yg duluan kena angin >,<
Enaknya diapakan calon2 bikin celaka orang lain ini yah Miss Titi. Pendidikan? Kayaknya gak jaminan pendidikan bagus perangai ikut juga bagus. Sosialisasi? Eloh, bukannya dari kecil sdh diajarkan pancasila? Tahu deh..mereka mesti diapakan..
Terkadang juga sering ngomel jika sedang berkendara, tiba-tiba ada motor menyalip dari sebelah kiri, jika kita naik mobil. Tapi jika bekendara dengan sepeda motor, paling tidak senang jika melihat pengemudi mobil melambatkan laju kendaraannya karena sambil nyetir dia pegang hp asyik berbicara tertawa cekakak cekikik.
Kalau melihat begini rasanya motor ingin menyalip saja dan memberi tahu agar dia cepat jalannya.
Naik motor atau naik mobil, mestinya tiap sadar yah Mbak Arum bahwa jalan raya milik bersama. Hak kita untuk bersuka-suka dbatasi olrh hak orang lain yang ingin selamat…Prinsip sederhana begini kok susah amat diterapkan dinegara kita ya?
hehe.. bukan karakter saya ngomel sembarangan bun.. 😀 rasanya ada yang aneh jika tiba-tiba aku banyak bicara.. 😀
kcuali ngomel lewat tulisan ya.. kan beda, aslinya sih lebih kalem 😀
Memang Mas Ari, tulisan salah satu bantuk kecerewetan yang bisa didengar lebih banyak orang. Semoga Mas Ari cerewet terus ya 🙂
aku bawa motor juga mba Evi…
biasa lah…ngojek antar jemput sekolah…hihihi…
tapi safety selalu no. 1 untuk aku…
Fathir pun walau sudah steady berdirinya, aku ikat pake semacam alat..yang aku beli online…
aku kasih helm dan sarung tangan juga…paling anti ngangkat telp…
gak mau sampe nyesel di kemudian hari tuh mba…
Tapi nge lihat lagi banyak kecelakaan di jalan raya belakangan ini, abah jadi rada parno tuh mba…dan nyuruh Kayla pake jemputan aja supaya aku gak usah bawa2 motor segala…
emang sih, kadang kita nya udah hati hati…tapi orang lain kan belum tentu ya mba 🙂
Safety dijalan itu tercapai kalau semua pengguna berpartisipasi di dalamnya Mbak Erry. Tugas mulia ibu yah, ngojekin anak pulang-pergi sekolah tiap hari. Hati-hati ya Jeng, jangan suka nyalip hehehe..
Dengan Kayla ikut antar jemput, mengurangi frekuensimu di jalan raya Mbak..Aku ikut senangya si abah kasih ide seperti itu…
ya ampun
kalau saya boleh bilang perilaku seperti itu sih terbilang sadis
saya sendiri heran kenapa polisi tidak menilang ketika pengendara sepeda motor berhelm rapi, tetapi ketika membonceng anak anak kecil tanpa pengaman kepala kok ya didiemin saja 🙁
Kalau kelihatan polisi patroli aku kira pasti diberhentikan Mas Jar..Entah mengapa waktu saya melintas di jalan itu kemarin tak satupun polisi yang sedang patroli, sehingga di embak bebas ria berteleponan di jalan raya 🙁
mbak evi…saya bukan biker sejati (sebutan pengendara motor) karena cuma anter pagi aja. Namun kalau sudah jadi supir (naik mobil maksudnya) baru deh suka geleng2 kepala liat kelakuan para bikers….terkadang bela2in semenit dua menit tapi beresiko nyawa…contohnya masih lampu merah tapi udh nerobos jalan….kalau dari arah lain ngebut gimana tuh???
@Mas Necky, kayaknya kita lbh jelas melihat segala sesuatu kalau memberi jarak thd objek yg kita amati. Si biker gak merasa sdg menantang maut saat dia melintasi rel kereta api yg cuma perlu nunggu 2-3 menit lg. Entah kenapa begitu ya Mas, mengherankan sekali sifat gak sabaran kita ini
Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Evi…
Hehehe… kita kok sama mbak.
Saya ngomel kerana saya ada dan tidak serasi dengan apa yang dilihat jika bener membahayakan. Tapi ngomelnya kita kan bermanfaat juga untuk mengingati diri dan orang lain. 😀
Waalaikumsalam mb Siti.
Eksisnya kita di dunia, salah satunya berkat kemampuan ngomel ya. Toss Mbak hehe..
hadeh ,kenapa Bu evi ga turun ,dan ngingetin ? Hehe
Mungkin itu cuma 1 dari sekian banyaknya orang ,
Saya malah kalo naik motor denger musik keras2 (tapi dibelakang) ,hehehe
@Dyens : Ogah ah kalau aku yg mesti ngingatin Mas..Ribet berhentinya..Potensi celaka itu emang disana, satu dari sekian banyak orang. Kalau semua orang gila di jalan raya, namanya bukan lagi pelanggaran, tapi norma hehehe..Kalau naik motor setel musik kencang2, selama jadi penumpang, yah gak apa2 lah..Tapi apa gak kasihan pada telinga sendiri ? 🙂
untung disini ga banyak motor. bisa dibilang ga ada. motor yang seliweran di jalan bener-bener jarang liatnya. Kalau di Jakarta juga aku suka serem sama pengendara motor…ckckck… lincah2 nyelip.. ibu2 yang bawa anak kecil pula 🙁
Terakhir aku ke palembang pergi lewat jalur darat..kuliat serombongan keluarga naik motor. dua dewasa dua anak balita, satu anak bayi digendongan ibunya. itu ya sinting atau gimana ya??? 🙁 hiks. kita yang naik mobil aja mabok2. gimana itu nyumpel2 naik motor..jalan berkelok sumatra. 🙁
@Mbak Icha…Dengan amburadulnya angkutan umum, motor emang jadi alternatif transportasi murah di tanah air Mbak Icha. Memang memprihatinkan melihat penumpang motor desak2an seperti itu. Habis gimana yah, mestinya sebagai orang dewasa mereka tahu bahwa berboncengan melebihi kapasitas tempat duduk, mestinya adalah melanggar hukum 🙂
wah.. itu bukan hanya membahayakan dirinya sendiri.. tapi membahayakan anak kecil yang dibawanya… haduhhh, gimana sih..
aku jadi ikut ngomel juga deh..
@Mb Dani: Emang gemes banget lihatnya Mbak..Gak punya otak menurutku sih..:)