eviindrawanto.com – Hanya Sebuah Wisata Pikiran.
Kami sedang berpameran. Sambil menunggu pengunjung teman saya yang booth-nya bersebelahan bertandang ke booth saya. Dari ngegosip kesana-kemari akhirnya lahir pertanyaan seperti ini: “ Sekarang bisnis apa ya biar kita bisa kaya mendadak? Capek lah awak jualan kerupuk terus.” Itu datang dari si Teman. Saya tergelak. “Kalau gue tahu kemungkinan sih sekarang sudah tak berteman dengan tukang kerupuk”. Jawaban yang disambut cibiran dan pelemparan sekeping kerupuk kulit ke muka saya.
Saat membaca tentang penipuan bisnis berkedok investasi, saya kembali berpikir tentang kaya mendadak. Ada tah bisnis yang membuat orang cepat kaya? Pasti ada. Apa? Selain dapat lotre dan menipu ya tidak tahu.
Teman saya pernah mengeluh tentang bisnis kerupuk kulit yang kian padat. Begitu pun bisnis makanan lain. Hampir segala jenis makanan ada di pasar. Bahkan makanan icon daerah seperti keripik balado padang sudah ada yang buat di Jakarta. Ramai dan berdesak-desak. Tak ada peluang untuk masuk. Sebetulnya saya setuju dengan segala keluh-kesahnya itu. Hanya saja obrolan seperti itu tidak akan membawa kami kemana-mana. Jadi sebelum dia merampas seluruh energi positif segera saya menyahut, “Lah kerupuk kulit balado belum ada. Begitu pula kerupuk kulit rasa keju, rasa coklat atau rasa strawberry, apa pernah melihat mereka?”
Kami terkekeh dalam nada ketidak mungkinan. Kemudian ia mencibir, “ Aneh-aneh aja lu..”
Ada yang bisa melihat pola dalam kekacauan ini?
Melihat yang tak terlihat untuk menemukan jalan pintas menuju kekayaan
Lama setelah itu saya kembali berwisata pikiran tentang jalan pintas menuju kekayaan. Apa iya mungkin? Apa selama ini kita terbiasa berpikir bahwa mengumpulkan kekayaan perlu waktu dan usaha? Tapi jauh di dalam sebenarnya jalan itu ada. Jalan pintas menuju kekayaan tanpa menipu itu pasti ada. Yang kita perlukan hanya kemampuan melihat yang tak terlihat.
Kemampuan melihat yang tak terlihat seperti yang dipunyai Albert Einstein. Menurut bapak tua itu kalau saja kita bisa melampaui kecepatan cahaya maka kita sudah bisa masuk ke kapal masa depan. Alat transportasi yang bisa membawa kita ke masa depan dan masuk ke masa lalu pun bukan satu kemustahilan. Begitu pula yang terjadi pada Thomas Alfa Edison. Yang membuat jutaan percobaan gagal namun berhasil di lampu pijar. Leonardo da Vinci yang bisa melihat hubungan antara bunyi bel gereja dengan hantaman air laut di dinding batu.
Para ilmuwan itu bisa melihat sesuatu yang ada tapi tak terlihat sebelumnya oleh orang kebanyakan. Mereka menghubungkan titik-titik rumit, kacau balau untuk melahirkan pola yang mudah dipahami. Memang mereka membutuhkan waktu. Dari penglihatan menuju teori. Dari teori jadi materi. Dan teori saya adalah pasti ada cara atau jalan mewujudkan kekayaan cepat seperti impian teman saya tanpa perlu melanggar hukum. Hanya saja kebanyakan kita belum melihatnya. Kalaupun ada pasti cara itu disimpan oleh penemunya.
Alam semesta ini begitu luas. Mereka terus merenggang. Kehidupan apapun yang ada di dalamnya berisi jutaan langgam. Kalau pikiran kita hanya terpaku di satu satu sisi, pada satu pola pikir yang sudah diajarkan sejak lama — untuk kaya perlu waktu dan kerja keras — kita akan cenderung menerima begitu saja realita hari ini. Mustahil menerima teori bahwa ada jalan pintas menuju kekayaan tanpa melanggar hukum.
Kemarin jalan-jalan di ITC sambil memperhatikan jejeran toko baju. Hampir semua isinya sama, kalau bukan busana muslim, baju biasa ya busana anak-anak. Toko-toko itu tak berpegunjung. Rasa pesimis akan subur melihat pemandangan seperti ini. Kalau pun saya ditawari menempati gratis tapi wajib jualan baju, rasanya takan tertarik menerima. Jelas teman saya benar bahwa bisnis apapun yang akan di masuki sudah penuh sesak.
Namun saya percaya bahwa dalam bisnis baju seperti itu pasarnya sudah amat crowded. Di sini takan ada ada jalan pintas menuju kekayaan. Pertanyaan yang tertinggal dari wisata pikiran ini kemudian adalah pertanyaan: Bagaimana caranya agar saya bisa melihat jalan yang tak terlihat?
–Evi
29.8.2010