Sebuah ide bisa melintas begitu saja. Tidak kenal tempat dan waktu. Seperti kilat di langit menjelang hujan, saat di dapur kala menyiapkan sarapanpun, lintasanya membangkitkan rasa ingin tahu.
Lalu saya bertanya, apakah mempunyai cukup kata-kata untuk menjelaskan bahwa saya mengerti apa yang disebut MITOS?
Lalu buka Facebook. Seperti kemarin, ide tentang mitos langsung nyangkut untuk memperbarui status. Lewat aplikasi Twitter saya tuliskan ” Merek di bangun di dalam mitos. Pemasar yang memahami bagaimana mitos bekerja sudah memenangkan setengah dari pertandingan…”
Beberapa saat saya duduk memikirkannya. Segenap iklan yang muncul di samping kanan layar Facebook tiba-tiba mendukung pikiran tersebut. Malah dengan segenap fakta-faktanya. Wow hebat, pikir saya bangga pada diri sendiri 🙂
Sekalipun sejak lama tertarik kepada mitos manusia, saya tidak sempat mendalaminya di kampus. Tapi sepanjang Tuhan tidak mengambil imajinasi dari manusia, kita tidak akan pernah berhasil menghindarkan diri dari hewan satu ini. Dan hanya untuk sekedar tahu tentang mitos sekarang juga bukan lah perkara sulit. Ratusan literatur di internet membahasnya. Begitu pula kita tidak akan pernah kekurangan contoh untuk melihat aplikasi ilmu mitos dalam kehidupan sehari-hari.
Sekarang pikirkan pelan-pelan
Di sepanjang waktu dan di bawah setiap persoalan, mitos menjadi inspirasi hidup yang selalu muncul dari hasil olah pikir manusia. Tidak terlalu berlebihan bila dikatan bahwa mitos adalah sumber energi yang membukakan pintu rahasia alam semesta lalu termanifestasikan lewat kebudayaan mereka. Agama, filsafat, seni, sosial dan bentuk-bentuk primitif dari sejarah manusia berawal dari mitos. Penemuan-penemuan dalam sains dan teknologi, tidak akan seperti sekarang bila kita hanya menganggap mitos sebagai bunga tidur.
Semua mitos adalah tentang makna. Dengan kata lain mitos mengatur mengenai cara-cara kita hidup, orientasi diri ditengah-tengah sesuatu, dan selalu mengusahakan yang terbaik untuk diri dan lingkungan kita. Perempuan dan laki-laki tidak akan menikah bila tidak percaya pada mitos bahwa perkawinan merupakan “institusi paling aman” untuk menyatukan cinta dan melegalkan hubungan seksual.
Mitos mengatur segala fungsi budaya dengan cara-cara yang bisa dilakukan secara kreatif maupun merusak. Yang kreatif, dunia marketing memanfaatkan mitos manusia secara seksama. Laki-laki dianggap lebih keluar kejantanannya bila mengendari “Harley Davidson”, minum kopi susu, atau menghisap rokok Gudang Garam Surya. Atau ketika orang-orang pintar menggunakan tolak angin, mengapa anda orang biasa-biasa tidak mengikutinya?
Dengan memberikan sebuah gambaran dan kumpulan cerita yang menjelaskan mengapa sutu hal seperti itu, mitos menciptakan konsensus, menguduskan ketertiban sosial, yang semua itu memberikan wewenang kepada kita untuk membuat peta jalan kehidupan. Dengan mitos kita menciptakan plot yang mengatur berbagai pengalaman atau masyarakat dalam satu cerita.
Kaum lak-laki tidak akan membeli Kuku Bima bila tidak percaya pada khasiat pasak bumi yang menjadi kandungannya. Entah sekarang, sewaktu jamu itu mencapai puncak keemasan, belum ada penelitian ilmiah untuk mendukung klaim marketingnya.
Jadi begitu lah. Mitos tidak berurusan dengan salah-benar, realitas-unrealita, fakta atau imajinasi. Mitos adalah cara kita mencoba menangani misteri, menemukan jawaban dari pertanyaan yang belum terjawab dan pada kasus yang ekstrim menyimpan ketakutan di tempat aman. Mitos adalah sebuah cerita tentang hal dan ihwal, gambar, dan plot yang kadang terlihat mengherankan dan menakutkan. Tapi satu yang pasti, kita membutuhkan mitos untuk memahami misteri.
Salam,
— Evi Indrawanto
Diva’s Arenga Palm Sugar
Organic Sugar for All Purpose Sweeteners